Rabu, 16 Januari 2013

PRAKTIKUM PEMBUATAN LARUTAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
           Ketika mempelajari kimia dikenal adanya larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya. Molaritas yaitu jumlah mol solute dalam satu liter larut
an, molalitas yaitu jumlah mol solute per 1000 gram pelarut sedangkan normalitas yaitu jumlah gram ekuivalen solute dalam 1 liter larutan.
Dalam ilmu kimia, pengertian larutan ini sangat penting karena hampir semua reaksi kimia terjadi dalam bentuk larutan. Larutan dapat didefinisikan sebagai campuran serba sama dari dua komponen atau lebih yang saling berdiri sendiri. Disebut campuran karena terdapat molekul-molekul, atom-atom atau ion-ion dari dua zat atau lebih.
Larutan dikatakan homogen apabila campuran zat tersebut komponen-komponen penyusunnya tidak dapat dibedakan satu dengan yang lainnya lagi.
Misalnya larutan gula dengan air dimana kita tidak dapat lagi melihat dari bentuk gulanya, hal ini karena larutan sudah tercampur secara homogen. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak tepat dengan yang diinginkan, untuk itu diperlukan praktikum dan pada praktikum acara ini akan dilaksanakan acara pembuatan dan standarisasinya.
Dalam pembuatan larutan harus dilakukan seteliti mungkin dan menggunakan perhitungan yang tepat, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui konsentrasisebenarnya dari larutan yang dihasilkan maka dilakukan standarisasi.





I.                   JUDUL
PEMBUATAN LARUTAN
II.                TUJUAN
1.      Dapat memahami bentuk larutan dan standarisasi larutan
2.      Dapat memahami bagaimana melakukan pengenceran larutan pekat
III.             TEORI
Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut .
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Konsentrasi Larutan
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004).
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:
      1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat.
2. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan :

M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan
M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan
V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan
Pembuatan Larutan dengan Cara Mengencerkan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.
IV.             PERALATAN
1.      Corong
2.      Labu takar 250 ml
3.      Pipet ukur 25 ml
4.      Bola pipet
V.                CARA KERJA
1.     Timbang zat yang akan dilarutkan dengan menggunakan perkamen.
2.     Masukkan zat yang telah ditimbang ke dalam gelas kimia.
3.     Tuangkan air ke dalam gelas kimia yang berisi zat tadi dan aduk dengan batang pengaduk sehingga jadilah larutan induk.
4.     Masukkan larutan induk sesuai dengan perhitungan kedalam gelas ukur.
5.     Pindahkan larutan kedalam gelas kimia.
6.     Setelah dimasukkan kedalam gelas kimia, tuangkan air kedalam larutan induk sesuai dengan perhitungan.
7.     Larutan pun jadi sesuai dengan konsentrasinya.

VI.             TABEL DATA DAN PENGOLAHAN DATA
No.
Zat
Sat.
Pelarut (air)
Larutan
Satuan
Keterangan
1.
10 gula
gram
90 gram
100 gram
10% w/w
Persen bobot

10 alkohol
ml
90 ml
100 ml
10% v/v
Persen volume
2.
4 NaOH
gram
100 ml
100 ml
1 M
Kemolaran (M)

5,85 NaCl
gram
100 ml
100 ml
1 M

3.
4 NaOH
gram
100 gram
100 gram
1 m
Kemolalan (m)

5,85 NaCl
gram
100 gram
100 gram
1 m

4.
0,89 HCl
ml
100 ml
100 ml
0,1 N
Kenormalan (N)

0,28 H2SO4
ml
100 ml
100 ml
0,1 N


0,4 NaOH
ml
100 ml
100 ml
0,1 N

VII.          PEMBAHASAN
Seperti yang telah kita ketahui bahwa larutan sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan akan larutan itu sendiri bermacam-macam konsentrasinya, terlebih dalam pengujian-pengujian yang menggunakan reaksi kimia, maka kevalidan besar konsentrasi sangat penting. walaupun fungsi standarisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan yang kita buat, tetapi bila dalam praktikum terjadi kesalahan-kesalahan seperti tersebut diatas, maka hasil yang kita harapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, ketelitian dan kecermatan murni diperlukan dalam percobaan.
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume. Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama.
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.
Teknik Pelarutan
Pelarutan zat padat untuk menghasilkan larutannya sering dilakukan dalam keseharian. Caranya, ” sejumlah zat padat dituangi sevolum pelarut” atau “sevolum pelarut dimasukkan sejumlah zat padat”; biasanya diikuti dengan pengadukan. Pembuatan larutan dari zat padat sebagai pereaksi itu untuk tujuan analisa kuantitatif atau untuk tujuan tertentu lainnya.
Pembuatannya harus melakukan perencanaan (termasuk perhitungan) sesuai dengan kebutuhan atau sifat analisis yang diterapkan (kualitatif atau kuantitatif). Bayangkan bila terjadi kesalahan, akibatnya adalah pemborosan zat kimia yang mahal, tenaga dan waktu hilang, data pengamatan yang tidak jelas, serta hasil analisis yang tidak tepat(salah).
VIII.       KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan dari kegiatan praktikum yang dilaksanakan dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1.      Untuk membuat 10 % w/w larutan gula 100 gram, maka harus memasukkan 10 gram gula yang dilarutkan dalam 90 ml air sebagai pelarut.
2.      Untuk membuat larutan 100 ml alcohol 10% v/v, maka menggunakan 10 ml alcohol dan 90 ml air sebagai pelarut.
3.      Untuk membuat larutan NaOH sebesar 1 M, maka menggunakan 4 gram NaOH yang dilarutkan dalam 100 ml air.
4.      Untuk membuat larutan NaCl sebesar 1 m, maka menggunakan 5,85 gram NaCl yang dilarutkan dalam 100 gram air.
5.      Untuk membuat larutan HCl sebesar 0,1 N, maka menggunakan 0,89 ml HCl yang dilarutkan dalam 100 ml air.


DAFTAR PUSTAKA

http://hikmahdibulanramadhan.blogspot.com/2011/11/makalah-pembuatan-larutan-kimia.html
http://larutancom.blogspot.com/2010/01/pembuatan-larutan.html
http://annisanfushie.wordpress.com/2008/09/29/74/
http://id.wikipedia.org/wiki/Larutan
http://www.slideshare.net/reborn4papua/sifat-koligatif-larutan-presentation
edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-dasar/
ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/.../larutan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar